Curhat Neta: TAHU DIRI

Sabtu, 19 Maret 2011

TAHU DIRI



اْلحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَنْـَزلَ السَّكِيْنَةَ فِيْ قُلـُوْبِ الْمُؤْمِنِيـْنَ لِيزْدَادُوْا إِيْمـَانًا مَعَ إِيْمـانِهِمْ
 وَللهِ جُنُوْدُ السَّمٰـوَاتِ وَالأَرْضِ وكََـانَ اللهُ عَلِيْمـًاحَكِيْمـًا
أَشْـهَدُ أَنْ لاَإِلَـٰهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْـهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًاعَبْدُهُ وَرَسُـوْلُهُ
 أَللَّـٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَىٰ حَبِيْبِ اللهِ مُحَمَّدٍ وَعَلَىْ ءَالِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّـابِعِيْنَ وَتَابِعِيْ التَّابِعِيْنَ
 وَمَنْ يَتَّبِعُهُمْ بِإِحْسَـانٍ إِلَىْ يَوْمِ الدِّيْنَ
 ( أما بعد )
Kaum muslimin rahimakumullah !
Rasulullah SAW bersabda yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhori :

نعمتان مغبون فيهما كثير من الناس :  الصحة والفراغ
“Ada dua kenikmatan yang membuat banyak orang terpedaya karenanya yaitu nikmat sehat dan waktu senggang”.
Dalam sabdanya yang lain yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah :
“Mohonlah kepada Allah kesehatan (keselamatan). Sesungguhnya karunia yang lebih baik sesudah keimanan adalah kesehatan (keselamatan)”.
            Karena itu, saat kita bangun dari tidur di pagi hari, atau saat kita berada pada tanggal muda di awal bulan, atau pada saat kita memasuki tahun baru; apa yang terbersit dalam hati kita pada saat-saat seperti itu?. Apakah setiap kali kita bangun dari tidur, kita meyakini bahwa saat itu kita baru saja bangkit dari kematian sementara dan hidup kembali; apakah setiap kali kita berada di awal bulan, kita meyakini bahwa telah bertambah apa yang kita miliki, dan apakah setiap kali kita memasuki tahun baru, kita juga meyakini bahwa saat itu umur kita semakin bartambah.
Pertanyaan-pertanyaan di atas akan dijawab "YA" pada saat kita dalam keadaan 'asyiq wal ma'syuq atau terlena dengan hal-hal yang sifatnya duniawi. Namun pada saat kita konsern atau memikirkan hal-hal yang sifatnya ukhrowi, maka setiap kali kita bangun dari tidur di pagi hari kita mestinya meyakini bahwa saat itu sebenarnya kita telah kehilangan umur satu hari, setiap kali kita berada di awal mestinya kita meyakini bahwa saat itu sebenarnya kita telah kehilangan umur satu bulan, demikian pula setiap kali kita memasuki tahun baru mestinya kita juga meyakini bahwa saat itu sebenarnya kita telah kehilanagn umur satu tahun. Dengan kata lain bahwa semakin tua usia kita, maka kita akan semakin banyak kehilangan sesuatu. Kita akan semakin kehilangan umur, kita akan semakin kehingan tenaga, kehilangan penglihatan, ketajaman pendengaran dan lain sebagainya. Maka ketika ada saudara kita yang merayakan hari kelahirannya atau ulang tahun kelahirannya, kita mestinya bukan mengucapkan "Selamat bertambah umurnya" tetapi kita mengucapkan "Selamat berkurang umurnya", karena kenyataannya umur seseorang itu semakin tahun semakin berkurang bukan semakin bertambah.
            Kemudian saat kita menyadari, bahwa semakin tahun ternyata kita akan semakin banyak kehilangan, baik kehilangan umur, tenaga, penglihatan, pendengaran dan lain sebaginya. Bahkan pada suatu saat kita juga akan kehilangan kedua orang tua dan di saat lain kita juga akan kehilangan putra-putri kita setelah mereka berkeluarga. Maka selagi semua itu masih kita miliki, masih berada di sekitar kita dan belum berlalu dari diri kita, mestinya kita tidak menyia-nyiakannya tetapi menjadikan semua itu atau menjadikan mereka itu sebagai akses (jalan) untuk beribadah kepada Allah SWT dan mencari bekal atau investasi berharga untuk kehidupan  akhirat kelak. Dan jika mereka sudah tiada atau berlalu dari kita maka banyak akses ibadah yang turut berlalu atau hilang dari kita. Kita ingin berbakti kepada kedua orang tua dalam bentuk ibadah ternyata mereka sudah berlalu, ketika kita ingin memberio nafkah kepada putra-putri kita dalam bentuk shadqoh mereka pun ternyata sudah tiada, dan kita juga ingin meningkatkan kualitas dan
Bukan sebaliknya, semakin kita banyak kehilangan umur, tenaga, penglihatan, pendengaran dan lain sebagainya, lalu sikap kita semakin menjadi-jadi. Semakin banyak berbuat durhaka atau maksiat kepada Allah SWT. Semakin banyak meninggalkan kewajiban, shalat lima waktu selalu ditinggalkan dan shalat Jum'at pun tidak pernah dilakukan. Rasulullah SAW telah mengingatkan kita dalam sabdanya yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori :
لا يزال قلب الكبير شاباً في اثنتين  :  في حب الدنيا وطول الأمل
“Orang tua yang hatinya selalu merasa masih muda disebabkan oleh dua penyakit, pertama karena cinta dunia dan kedua karena panjang angan-angan”.
Kemudian apalagi yang kita nantikan, apakah kita menantikan kulit kita melepuh tersengat awan panas atau lahar panas, atau menantikan harta milik kita menjadi porak-poranda diterjang angin maupun badai, baru kemudian kita mau bersujud dan merengek-rengek  di hadapan Allah SWT. Dan Allah SWT sungguh amat benci terhadap mereka yang sombong, yang tidak mau melaksanakan kewajibannya lagi selalu berbuat maksiat kepadaNya setiap saat.  Mereka seakan-akan memiliki kekebalan tubuh dari adzab Allah dan sentuhan api neraka, mereka sekan-akan memiliki kebutaan mata hingga mereka tidak menyaksikan apa yang terjadi di lereng gunung Merapi. Berapa banyak makhluk yang termasuk manusia di dalamnya menjadi binasa bahkan menjadi abu terkena awan panas yang panasnya kurang dari 1000 0C. Kalau panasnya batu pijar gunung Merapi dan lahar gunung Merapi tidak bisa dipadamkan oleh manusia manapun, bahkan ilmuan dari dunia manapun tidak sanggup untuk memadamkannya, lantas bagaimana dengan api neraka yang panasnya 70 kali lipat dari api yang ada di dunia kata Rasulullah SAW, maka hanya mereka yang bodoh yang berani menantang adzab Allah SWT dan membangkang terhadapperintahNya. Dan andaikan bukan karena kemurahan Allah SWT dan kasih sayangNya, niscaya tak seorangpun diantara mereka yang membangkan perintahNya dibiarkan hidup di muka bumi ini.
Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Surat An-Nahl 61 :
“Jikalau Allah menghukum manusia karena kezhalimannya, niscaya tidak akan ditinggalkan-Nya di muka bumi sesuatupun dari makhluk yang melata, tetapi Allah menangguhkan mereka sampai kepada waktu yang ditentukan”.( QS. An-Nahl 61)

Kaum muslimin rahimakumullah !
            Berapa banyak sudah Allah SWT bercerita dalam Al-Qur'an tentang umat-umat terdahulu yang dibinasakan karena kedurhakaannya. Umat Nabi Nuh As. ditenggelamkan kedalam air bah karena kedurhakaannya, Fir'aun beserta para pengikutnya ditenggelamkan di laut merah karena kedurhakaannya, demikian pula umat Nabi Luth yang dibinasakan karena kedurhakaannya. Dan baru-baru ini Allah SWT menunjukkan kembali tanda-tanda keperkasaanNya di Yogyakarta, Mentawai, Morowali dan lainnya. Semua pristiwa diatas merupakan pelajaran bagi kita yang menyaksikannya dan ujian bagi mereka yang merasakannya, tujuannya sama yaitu agar kita dan mereka mau memperbaiki kualitas dan nilai diri di hadapan Allah SWT; tentunya dengan melaksanakan semua perintahNya dan meninggalkan segala apa yang dilarangNya, tidak lagi meninggalkan shalat baik shalat lima waktu dan tidak pula membiarkan waktu shalat jum’at berlalu dan kewajiban lainnya. Sebab jika Allah SWT sudah murka kepada suatu kaum, maka makhluk lainnya pun terkena murkanya. Pantas jika kemudian para pelaku kemaksiatan atau kedurhakaan itu dikutuk oleh seluruh penduduk langit dan bumi kerena akibat kedurhakaannya makhluk lainpun terkena murkaNya.
Dan yang kita takuti sebenarnya bukan murka Allah SWT, sebab murkaNya sebenarnya merupakan cambuk bagi manusia agar mau memperbaiki niliai dirinya dihadapanNya, tetapi yang kita takuti adalah firmanNya :
"Maka apabila telah tiba waktunya (yang ditentukan) bagi mereka, tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukannya”.( QS. An-Nahl 61)
Ayat diatas menjelaskan bahwa ketika kita dan manusia manapun tidak mau lagi memperbaiki kualitas dirinya setelah diberi pelajaran dan ujian sampai waktu yang telah ditentukan, maka Allah SWT akan paksa mereka untuk menghadap kepadanya dengan cara kematian, dan kalau sudah menghadap Sang Khalik (Allah SWT), maka tidak ada lagi pelajaran maupun ujian bagi mereka serta tidak lagi kesempatan untuk memperbaiki kualitas diri di hadapan Allah SWT. Dengan kata lain, bahwa jika kita atau mereka sudah menghadap Sang Khalik (Allah), maka tidak ada lagi kesempatan untuk bertaubat atau meminta ampunanNya dan  yang ada bagi mereka hanyalah 'ADZAB sebagai balasan atas apa yang telah diperbuat oleh para pendurhaka atau pembangkang perintah Allah SWT.

Kaum muslimin rahimakumullah !
            Ketika sebagian saudara-saudara kita terkena bencana, baik bencana merapi, bencana sunami, tanah longsor dan lain sebagainya, kita semua disini dalam keadaan selamat. Ketika harta milik sebagian saudra-saudara kita porak poranda diterjang air maupun angin, harta milik kita tidak mengalami itu. Dan ketika sebagian saudara-saudara kita kehilangan pekerjaan atau mata pencarian akibat diterjang bencana, kita disini masih memiliki semua itu atas izin Allah SWT. Pantaskah jika kemudian kita mengingkari semua nikmat itu dan membangkan terhadap semua perintahNya, Dan apakah kita tidak pernah berfikir bahwa semua itu bisa hilang dalam sekejap jika Allah SWT menghendaki, atau sebaliknya bahwa semua itu bisa bertambah menjadi melimpah atas kehendakNya juga. Sebagaimana firmanNya dalam Surat Ibrahim 7 :
"Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
Mensyukuri apa yang masih kita miliki dan apa yang masih ada sekitar kita bukan hanya dengan mengucapkan kata "Terima kasih/Al-hamdulillah". Seperti yang sering dilakukan oleh orang-orang  zhalim, yaitu  orang-orang yang tidak menempatkan sesuatu pada tempatnya.
Kata "Terima kasih/Al-hamdulillah" seringkali mereka ucapkan tapi kenyataannya, mereka menjadikan apa yang Allah telah berikan kepada mereka bukan untuk berbakti dan beribadah kepadaNya tapi justru mereka gunakan untuk berbuat maksiat atau kedurhakaan kepadaNya.
Akhirnya kita berharap, mudah-mudahan menjadi manusia-manusia yang pandai mensyukuri nikamat Allah SWT atau menjadi Abdan Syakuron. Juga menjadi manusia-manusia yang menyadari hakikat dirinya sebagai seorang hamba berseta kewajiba-kewajibannya, sekaligus kita juga menyadari siapa Tuhan yang berhak disembah di muka bumi ini kecuali Allah SWT. Tidak ada Tuhan yang berhak disembah di muka bumi ini selain Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW adalah utusannya.
بَـارَكَ اللهُ لِى وَلَكُمْ وَنَفَعَنِيْ وَإِيّـَّاكُمْ بِمَـافِيْهِ مِنَ الأيٰـَاتِ وَذِكْرِالْحَكِيْمِ  فَاسْـتَغْفِرُوْهُ
 إِنَّهُ هُوَالـْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Adapun tema selanjutnya ".............." klik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar