Curhat Neta

Selasa, 30 Agustus 2011

HIDUPKAN AKTIFITAS RAMADHAN PADA BULANBULAN SELANJUTNYA

 اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً
 لاَإِلَـٰهَ إِلاَّ اللهُ هُوَ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ
الْحَمْدُ للهِ الَّذِي جَعَلَ الْعِيْدَ لِسَـائِرِالأَيَّامِ سَّـيِّدًا وَجَعَلَ سَـائِرَالْعِبَادِ مُكَبِّرًا وَ مُسَبِّحًـا مُهَلِّلاً حَامِدًا
 فَأَصْبَحَ اليَوْمَ رَاكِعًـا سَـاجِدًا مُتَضَرِّعًا
أَشْـهَدُ أَنْ لاَإِلَـٰهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْـهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُـوْلُهُ
أَللَّـٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى خَيْرِ الأَنَامِ شَفِيْعِ الأُمَمِ  مُحَمَّدٍ صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ ( أَمَّابَعْدُ )
فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ

Kaum Muslimin Jama’ah ‘Iedul Fithri Masjid Al-Baqin yang dimulyakan Allah SWT !
            Pada pagi hari yang cerah ini, tiada untaian kata dan rangkaian kalimat yang patut kita ungkapkan sebelum segala sesuatunya, kecuali ucapan syukur Al-hamdulillah atas segala rahmat dan nikmatNya yang telah dianugrahkan kepada kita sekalian; baik berupa nikmat iman, nikmat Islam maupun nikmat sehat wal’afiat, sehingga sampai saat ini kita masih mampu untuk melaksanakan semua kewajiban dan seluruh aktivitas baik yang sifatnya vertikal langsung kepada Allah maupun yang sifatnya horizontal, yaitu kewajiban antar sesama umat manusia.
Shalawat dan salam mudah-mudahan selalu tercurah kepada penunjuk jalan kita, baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing kita dan menghantarkan kita kepada jalan yang lurus. Yaitu jalannya orang-orang yang telah diberi nikmat, bukan jalannya orang-orang yang dilaknat dan bukan pula jalannya orang-orang yang tersesat.

Kaum Muslimin rahimakumullah !
            Hari ini tanggal 1 Syawwal 1432 H. Seiring dengan berjalannya gumpalan awan dan berhembusnya angin, gemuruh takbir, tahlil, tasbih dan tahmid berkumandangkan di seluruh penjuru dunia, menggema di setiap relung bebatuan, pegunungan, perbukitan, tebing, dan setiap celahan batu dari ujung masyrik sampai ujung maghrib, semenjak terbenamnya matahari di akhir bulan Ramadhan sampai khotib menaiki mimbar pagi harinya.
            Hari ini adalah hari raya umat Islam, hari yang penuh dengan sejuta harapan. Harapan menjadi orang-orang yang menang menahan lapar dan dahaga, harapan menjadi orang-orang yang menang mengendalikan hawa nafsu dan harapan menjadi orang-orang yang kembali kepada kesucian diri. “Taqabbalallahu minna wa minkum shiaamana wa shiaamakum, min al-‘aidiina wa al-faaiziin” (mudah-mudahan Allah menerima puasa kita dan mudah-mudahan kita semua kembali kepada kesucian). Amin Ya Robbal ‘alamiin !
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahilhamd !
Kaum Muslimin rahimakumullah !
            Dari puasa Ramadhan yang baru saja berakhir kemarin kita lakukan karena iman kepada Allah dan karena mengharapkan keridhoanNya, kita tidak hanya mendapatkan rahmat dan maghfirahNya, melainkan banyak hikmah yang kita dapatkan darinya, antara lain :
1. Puasa Ramadhan merupakan satu bukti keimanan seseorang kepada tuhannya, puasa Ramadhan merupakan satu bukti keterikatan seorang hamba dengan Rabb-nya, dan puasa Ramadhan merupakan satu bukti kebenaran keyakinan hati dan ungkapan lisan orang-orang yang beriman kepada Allah SWT. Oleh karenanya, hanyalah orang-orang yang beriman yang terpanggil untuk melaksanakannya.
      Sebagaimana firmanNya :
يٰـآأَيُّهَاالَّذِيْنَ آمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ .   
    “Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan berpuasa atas diri kalian sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian menjadi orang-orang yang bertaqwa”.
      Diawal ayat tersebut di atas terdapat kalimat seruan yang berbunyi “Wahai orang-orang yang beriman”, kalimat tersebut merupakan bukti atau dalil, bahwa puasa hanyalah dikhususkan bagi orang-orang yang beriman.
      Lalu bagaimana dengan sebahagian saudara kita yang tidak mau melaksanakan puasa selama bulan Ramadhan? Pengakuan kita yang paling tepat bagi mereka bahwa mereka adalah saudara kita yang seagama tetapi mereka bukan saudara kita yang seiman. Sebab saudara kita yang seiman adalah mereka yang melaksanakan puasa selama bulan Ramadahan.
      Dan satu hal yang harus mereka ingat bahwa menahan panasnya kerongkongan di siang hari bulan Ramadhan itu lebih baik daripada menahan panasnya didihan air neraka yang bisa memotong-motong usus mereka dan mendidihkan ubun-ubun mereka.
2.   Puasa Ramadhan merupakan aktivitas yang sifatnya vertikal langsung kepada Allah SWT. Dan puasa Ramadhan merupakan ibadah rahasia antara seorang hamba dengan tuhannya. Karena itu, puasa seseorang tidak bisa dinikmati atau diambil manfaatnya oleh orang lain.
      Sabda Rasulullah SAW dalam Hadits Qudsi : Allah SWT berfirman :
كُلُّ عَمَلِ بْنِ آدَمَ لَهُ إِلاَّ الصِّيَـامُ فَإِنَّـهُ لِيْ وَأَنَـا أُجْزِيْ بِهِ .
     “Semua perbuatan (ibadah) anak Adam itu akan kembali kepada dirinya kecuali puasa, ia adalah milik-Ku dan Akulah yang akan memberikan pahalanya”
     Hadits Qudsi di atas memberikan suatu bukti penjelasan bahwa puasa merupakan ibadah rahasia antara seorang hamba dengan tuhannya yaitu Allah SWT. Lain puasa lain pula shalat, zakat maupun haji. Gerakan-gerakan dan tanda-tanda dalam ibadah-ibadah tersebut sangatlah jelas dan nyata di mata manusia, sedangkan puasa tidaklah demikian, dan hanyalah Allah yang mengetahuinya. Namun sayang, berapa banyak diantara orang-orang yang meninggalkan makan dan minum di siang hari selama bulan Ramadhan, namun mereka tidak mendapatkan manfaat apapun dari puasanya. Sabda Rasulullah SAW dalam hadits Jibril diriwayatkan oleh Imam Ahmad yang artinya :
     “Alangkah rugi dan kecewanya seseorang yang berkesempatan hidup di bulan Ramadhan tetapi tidak bisa terhapus dosa-dosanya”.  
3. Puasa Ramadhan merupakan serangkaian aktivitas pelatihan yang mendidik para pelakunya untuk menjadi orang-orang yang sabar dan berserah diri kepada Tuhannya. Maka dari itu, seseorang yang tengah melaksanakan puasa, sedikit saja ia tidak bisa bersabar dan berserah diri, maka puasanya akan menjadi beban yang teramat berat bagi dirinya.
    Puasa Ramadhan juga merupakan serangkaian aktivitas pelatihan yang mendidik para pelakunya agar menjadi orang-orang yang memiliki toleransi (kepedulian) yang tinggi terhadap sesama. Batapa tidak, ketika seseorang tengah melaksanakan puasa ia akan merasakan lapar dan dahaga, seperti apa yang dirasakan oleh mereka yang dalam keadaan fakir miskin kesehariannya.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahilhamd !
Kaum Muslimin rahimakumullah !
            Lalu apa yang Allah harapkan dari diwajibkannya puasa atas diri kita dan umat-umat sebelum kita?. Kata Allah “La’allakum Tattaqun” diakhir ayat 183 dalam Surat Al-baqarah, yang artinya mudah-mudahan kalian menjadi orang-orang yang bertaqwa.
Dalam ayat tersebut terdapat keterangan yang sangatlah jelas sekali, yaitu bahwa Allah hanyalah memberikan harapan bagi orang-orang yang berpuasa untuk menjadi orang-orang yang bertaqwa. Dan Allah tidak memberikan jaminan bagi orang-orang yang berpuasa untuk menjadi orang-orang yang bertaqwa secara sepontanitas. Untuk itu, mari kita berusaha merealisasikan atau wujudkan apa yang diharapkan Allah dari kita sekalian setelah kita dilatih dan ditempa selama bulan Ramadhan, yaitu agar menjadi orang-orang yang bertaqwa kepadaNya.
Karena itu, jika pada bulan Ramadhan kita rajin mengingat Allah dan menyebut AsmaNya, maka pada bulan Syawal dan seterusnya mestinya kita harus lebih rajin lagi melakukannya. Jika pada bulan Ramadhan kita tekun melaksanakan shalat malam, maka pada bulan Syawal dan seterusnya mestinya harus lebih tekun lagi. Jika pada bulan Ramadhan kita sering membaca Al-Qur’an (bertadarrus), maka pada bulan Syawal dan seterusnya mestinya kita harus lebih sering lagi membacanya. Demikian pula, jika pada bulan Ramadhan kita giat menginfakkan sebagian harta kita, mestinya pada bulan-bulan berikutnya kita harus lebih giat lagi melakukannya. Bukankah yang demikian itu adalah tanda-tanda orang-orang yang bertaqwa kepada Allah SWT. Sebagaimana firmanNya :
الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيْمُوْنُ الصَّلاَةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُوْنَ
"Yaitu orang-orang yang selalu beriman terhadap yang ghaib, dan selalu mendirikan shalat serta selalu  menafkahkan sebagian harta yang telah dianugrahkan kepadanya".


Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahilhamd !
Kaum Muslimin rahimakumullah !
            Bulan Ramadhan datang hanya sekali dalam setahun, namun bukan berarti bahwa aktifitas atau kegiatan bulan Ramadhan tidak bisa diterapkan dalam bulan-bulan lainnya. Shalat taraweh bisa kita gantikan dengan shalat-shalat malam lainnya, puasa Ramadhan bisa kita gantikan dengan puasa-puasa sunnah lainnya, zakat fitrahnya bisa kita gantikan dengan infak dan shadaqoh kepada kaum dhu’afa dan masakin, dan tadarussannya juga bisa kita gantikan dengan kajian-kajian Al-Qur’an dalam setiap saat. Jika kita bisa melakukan semua itu, maka Ramadhan seakan-akan tidak pernah berlalu dari kita sekalian. Selama itu pula rahmat dan magfirah Allah SWT akan turun kepada kita, pintu-pintu syurga akan tetap terbuka bagi kita, dan pintu-pintu neraka akan tetap tertutup bagi kita serta syetan dan sebangsanya sekan-akan tetap terkekang oleh ketaqwaan kita kepada Allah SWT.    

 Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahilhamd !
Kaum Muslimin rahimakumullah !
            Akhir dari segala harapan kita, tidak hanya kesucian diri dan kemenangan melawan hawa nafsu yang kita harapkan, akan tetapi mudah-mudahan puasa yang baru saja kita sempurnakan pada hari kemarin akan diterima oleh Allah SWT dan menjadi amal ibadah yang bisa mempertemukan kita denganNya, serta menghantarkan kita kedalam surga yang telah dijanjikanNya melalui pintu Rayyan (pintu syurga bagi orang-orang yang tekun melaksankan puasa). Dan mudah-mudah melalui pintu itulah kita semua akan memasuki syurga yang telah Allah janjikan. Amin Ya Rabbal 'Alamin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الأَيٰتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ
فَاسْـتَغِْرُوْهُ إِنَّهُ هُوَالْغَفُوْرُالرَّحِيْمُ

Selasa, 1 Syawwal 1432 H.
DKM Masjid Al-Baqiin

Balaraja Tangerang

Sabtu, 16 Juli 2011

Silabus, KTSP dan RPP Sekolah Menengah Pertama


Silabus, KTSP dan RPP Sekolah Menengah Pertama dan sekolah-sekolah yang sederajat lainnya, silakan langsung saja meluncur ke TKP di bawah ini dan unduh :
1. Silabus PPKn Kelas VII, Kelas VIII dan Kelas IX
2. Silabus Penjas Kelas VII, Kelas VIII dan Kelas IX
3. Silabus IPA Kelas VII Smstr1 dan Smstr 2, Kelas VIII Smstr1 dan Smstr 2 dan Kelas IX Smstr1 dan Smstr 2
4. Silabus Bahasa Inggris Kelas VII, Kelas VIII dan Kelas IX

Kumpulan Silabus PAI SD/MI

Penyusunan Silabus sebenarnya tugas masing-masing sekolah, sehingga sekolah yang bersangkutan akan mengetahui seberapa efektifnya silabus yang telah tersusun dan diterapkan pada peserta didiknya.
Silabus sebuah sekolah belum tentu sesuai diterapkan pada sekolah lainnya, hal itu dikembalikan kepada Sumber Daya Manusianya yang dimiliki oleh peserta didik, dan sistematika pembelajaran yang tertuang dalam silabus tersebut.
Namun tidak ada salahnya jika kita mengkopy paste silabus yang sudah ada, kemudian kita kembangkan sendiri yang disesuaikan dengan SDM peserta didik, sarana dan prasana maupun sistematika pembelajan yang mesti dikembangkan terus menerus.
Di bawah ini beberapa link tempat memperoleh silabus PAI untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah yang sudah ada :

1. Silabus Kelas I Semester 1 dan Silabus Kelas I Semester 2
2. Silabus Kelas II Semester 1 dan Silabus Kelas II Semester 2
3. Silabus Kelas III Semester 1 dan Silabus Kelas III Semester 2
4. Silabus Kelas IV Semester 1 dan Silabus Kelas IV Semester 2
5. Silabus Kelas V Semester 1 dan Silabus Kelas V Semester 2
6. Silabus Kelas VI Semester 1 dan Silabus Kelas VI Semester 2

Silakan dikembangkan sendiri selanjutnya !

Untuk Silabus, KTSP dan RPP Sekolah Mengah Pertama (SMP) Silakan KLIK DISINI.....


Jumat, 15 Juli 2011

Dakwah yang berhasil adalah dakwah yang didasari keikhlasan

Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Hamdan Lillah wa Syukron Lillah, Ashsholatu wa As-Salamu 'ala Rasulillah Shallallahu 'alaihi wasallam, wa ba'du !
Pengertian dakwah adalah menyeru manusia kepada ajaran Allah dan RasulNya, yang meliputi :

1.      Al-Amru bil Al-Ma’ruf  (menyeru kepada kebajikan);
2.      An-Nahyu ‘ani Al-Munkar (mencegah dari kemungkaran).
Karenanya, dalam berdakwah tidak hanya menyeru manusia agar melakukan kebajikan, memurnikan keyakinannya kepada Allah SWT dan menta’ati semua perintahNya. Tetapi, dalam berdakwah mesti adanya upaya untuk menyeru manusia agar menjauhi dan meninggalkan segala kemaksiatan maupun kedurhakaan kepada Allah SWT.
Diantara kedua tujuan tersebut diatas, terkadang tujuan kedua (mencegah dari perbuatan keji atau kemungkaran) itu jauh lebih sulit daripada menyeru kepada kabajikan. Faktanya berapa banyak manusia dengan mudahnya meyakini adanya kekuatan Allah SWT, tetapi sulit bagi mereka untuk mengingkari adanya kekuatan selain kekuatanNya. Berapa banyak manusia yang dengan mudah melaksanakan perintah-perintah Allah SWT, namun betapa sulit bagi mereka untuk bisa menginggalkan segala apa yang dilaranganNya.
Adapun sistematika dakwah agar sampai kepada kedua tujuan diatas, yaitu menyeru kepada kebajikan dan mencegah dari perbuatan keji dan kemungkaran diantaranya :
1.   Berdakwah harus berdasarkan pada ilmu, sebagaimana Allah SWT berfirman :
äí÷Š$# 4n<Î) È@Î6y y7În/u ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/ ÏpsàÏãöqyJø9$#ur ÏpuZ|¡ptø:$# ( Oßgø9Ï»y_ur ÓÉL©9$$Î/ }Ïd ß`|¡ômr& 4
"Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah (pelajaran yang baik) dan bantahlah mereka dg cara yg lebih baik. "(An-Nahl: 125).
Dalam ayat diatas telah dijelaskan bahwa berdakwah harus berdasarkan pada ilmu atau pelajaran yang baik, bukan berdasarkan pada kata dusta, gelak tawa dan ungkapan-ungkapan fahisy (keji) seperti yang selama ini kita saksikan adanya.
2.   Berdakwah harus bermuara /bertujuan kepada ajaran Allah / agama Allah semata.  
 ö@è% ¾ÍnÉ»yd þÍ?ŠÎ6y (#þqãã÷Šr& n<Î) «!$# 4 4n?tã >ouŽÅÁt/ O$tRr& Ç`tBur ÓÍ_yèt6¨?$# ( z`»ysö6ßur «!$# !$tBur O$tRr& z`ÏB šúüÏ.ÎŽô³ßJø9$#
“Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah Terbitkan Entridengan hujjah yang nyata. Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik". (Yusuf 108).
Merujuk kepada ayat tersebut diatas, jelaslah bahwa tujuan dakwah hanyalah Allah dan ajaranNya. Lalu munculah sebuah pertanyaan, bagaimana dengan sebahagian umat Islam yang menyeru manusia agar mengikuti kelompok/mazhab tertentu, organisai tertentu dan semacamnya? Kesatuan ukhuwah Islamiyah-kah yang akan mereka peroleh atau sebaliknya justru perpecahan umat yang akan terjadi? Ironinya, perbedaan-perbedaan persepsi tersebut sampai mereka bawa kedalam mushola atau kedalam masjid. Dan akhirnya terjadilah apa yang biasanya terjadi, seperti adanya dua atau tiga kelompok shalat jama’ah dalam satu mushola atau satu mesjid. Rasulullah SAW dan para sahabatnya tidak pernah melakukan hal yang demikian. Lalu layakkah mereka disebut pengikut ajaran Rasulullah SAW atau mereka lebih layak disebut para pengikut hawa nafsu yang panatik terhadap guru atau tokoh agamanya.
Sabda Rasulullah SAW :
“Hindarilah kepanatikan dalam urusan agama, telah hancur orang-orang sebelum kalian akibat kepanatikan mereka terhadap tokoh-tokoh agamanya”.
Kesuksesan dalam berdakwah adalah harapan kita semua, meskipun terkadang masih terjadi diantara kita adanya berbedaan persepsi dan sistematika dalam berdakwah sesuai dengan kemampuan kita masing-masing dalam menyerap dan memahami dalil-dalil Al-Qur’an maupun Al-Hadits. Dan tidak ada faktor dominan yang bisa menghantarkan kita kepada kesuksesan dalam berdakwah selain KEIKHLSAN (kemurnian) NIAT hanya untuk Allah SAW, dan tidak tercemari oleh obsesi (tujuan) dunia, dan tidak pula tercemari oleh obsesi kemenangan sebuah oraganisasi atau kelompok tertentu. Sebab kata Rasulullah SAW bahwa kelompok yang akan selamat adalah :
هُمْ مَنْ كَانَ عَلَى مِثْلِ مَا أَنَا عَلَيْهِ الْيَوْمَ وَأَصْحَـابِيْ
“Mereka yang mengikuti ajaranku pada masaku dan ajaran para sahabatku” 
Wallahu a'lamu bishshawaab !  
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Selasa, 14 Juni 2011

Wasiat Kenabian Yang Penting Bagi Anak

Seorang murrabi atau murrabiyah, baik ia seorang guru, pengajar, bapak atau ibu, wajib mengajarkan kepada anak-anaknya wasiat-wasiat kenabian yang sangat penting ini dan menuliskannya di papan tulis, supaya mereka mencatatnya di dalam buku-buku mereka dan menghafalkannya, kemudian harus menjelaskannya kepada mereka. Sesungguhnya terdapat sebuah hadits shahih, yang nashnya adalah sebagai berikut:
Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu 'Anhu beliau mengatakan: Suatu hari saya pernah di belakang Nabi Shallahu 'Alaihi wa Sallam , kemudian beliau bersabda kepadaku: Hai anak, sesungguhnya aku (akan) mengajarkan kepadamu beberapa kalimat:
Pertama:
Jagalah (hak) Allah, niscaya Dia akan menjagamu. Yakni, laksanakan perintah-perintah Allah dan jauhi larangan-larangan-Nya, niscaya Dia akan menjagamu, baik duniamu maupun akhiratmu.
Kedua:
Jagalah Allah, niscaya engkau dapati Dia ada dihadapanmu. Yakni, didepanmu, maka jagalah batas-batas ketentuan-Nya dan peliharalah hak-hak-Nya, niscaya kamu dapati Allah akan memberikan taufik kepadamu dan menolongmu
Ketiga:
Apabila engkau memohon, maka moholah kepada Allah. Dan apabila engkau meminta pertolongan, maka mintalah pertolongan kepada Allah. Yakni, apabila kamu mencari pertolongan untuk mengatasi persoalan duniawi maupun ukrawi, maka mintalah pertolongan kepada Allah.
Terutama persoalan-persoalan yang tidak ada siapapun yang mampu untuk mengatasinya kecuali Allah saja.Seperti penyembuhan suatu penyakit atau meminta rizki, maka hal itu merupakan hak prerogatif Allah.
Keempat:
Dan ketahuilah, bahwa umat, seandainya mereka berkumpul (bersepakat) untuk memberimu manfaat dengan sesuatu, niscaya mereka tidak akan (bisa) memberimu suatu manfaatpun melainkan (sebatas) telah ditakdirkan oleh Allah bagimu, dan apabila mereka berkumpul (bersepakat) untuk menimpakan bahaya kepadamu dengan sesuatu, niscaya mereka tidak akan (bisa) menimpakan suatu bahaya apapun kepadamu melainkan dengan sesuatu yang telah ditakdirkan Allah atasmu. Pena-pena telah diangkat dan lembar-lembar (tulisan takdir) telah kering.  (riwayat Imam Tirmidzi, dan beliau mengatakan: hadits hasan shahih)
Seorang mukmin wajib beriman kepada takdir yang telah ditulis semuanya oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, yang baik dan yang buruk

BEBERAPA FAIDAH HADITS
Pertama, kecintaan Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Sallam terhadap anak-anak,
Kesudian beliau untuk menaikkan Ibnu Abbas di bagian belakang (kendaraan) beliau, dan Panggilan beliau terhadapnya dengan panggilan: Hai ghulam (wahai, anak)
Kedua, memerintahkan anak-anak untuk taat kepada Allah dan menjauhi maksiat-maksiat kepada Allah supaya hidupnya berbahagia di dunia maupun di akhirat
Ketiga, Allah akan menyelamatkan seorang mukmin ketika tertimpa kesulitan apabila ia memenuhi hak-hak Allah dan hak-hak manusia di saat longgar, sehat dan kaya.
Keempat, menanamkan aqidah tauhid pada jiwa anak-anak, berupa memohon dan minta pretolongan hanya kepada Allah.
Kelima, memantapkan aqidah iman kepada takdir, yang baik dan yang buruk.
Dan iman kepada takdir ini adalah salah satu rukun iman.
Keenam, mendidik anak-anak pada sikap tafa'ul (penuh harapan baik/optimis), supaya ia dapat menghadapi kehidupan dengan berani dan penuh cita-cita,
Serta supaya ia menjadi seorang individu yang bermanfaat ditengah umatnya.
Dikutip dari: Petunjuk Praktis Bagi Para Pendidik Muslim, Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu. Penerbit: Pustaka Istiqomah, cet. I, Mei 1997 M/ Muharram 1418 H, hal.47-50

Sabtu, 04 Juni 2011

KELAMAHAN HADITS TENTANG KEUTAMAAN PUASA RAJAB

Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Al-Hamdulillah Robbil'alamin Ash-Sholaatu wa As-Salaamu 'ala Sayyidi al-Mursaliin, 'amma ba'du :
        Ikhwan sekalian yang dirahmati Allah, tidak diapatkan riwayat shahih yang menjelaskan tentang berpuasa rajab dikarenakan keutamaan yang ada didalam bulan itu. Diantara hadits-hadits itu adalah :
1.    Diriwayatkan dari Abu Sa’id al Khudriy bahwa Rasulullah saw bersabda,”Rajab adalah bulan Allah, sya’ban adalah bulanku dan ramadhan adalah bulan umatku. Barangsiapa yang berpuasa rajab dengan keimanan dan penuh harap maka wajib baginya keredhoan Allah yang besar, akan ditempatkan di firdaus yang tertinggi. Barangsiapa yang berpuasa dua hari dari bulan rajab maka baginya pahala yang berlipat dan setiap takarannya sama dengan berat gunung-gunung di dunia dan barangsiapa berpuasa tiga hari dari bulan rajab maka Allah akan menjadikan puasa itu sebuah parit yang lebarnya satu tahun perjalanan diantara dirinya dengan neraka…” Ibnul Jauzi mengatakan bahwa hadits ini maudhu’ (palsu).
2.    Diriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah saw bersabda,”Barangsiapa yang berpuasa tiga hari dari bulan rajab maka Allah tetapkan baginya puasa sebulan. Barangsiapa berpuasa tujuh hari dari bulan rajab maka Allah tutupkan baginya tujuh pintu-pintu neraka. Barangsiapa yang berpuasa delapan hari dari bulan rajab maka Allah bukakan baginya delapan pintu-pintu surga dan barangsiapa yang berpuasa setengah bulan rajab maka Allah tetapkan baginya keredhoan-Nya dan barangsiapa yang ditetapkan baginya keredhoan-Nya maka Dia tidak akan mengadzabnya. Dan barangsiapa yang berpuasa selama bulan rajab maka Allah akan menghisabnya dengan hisab yang mudah.” Ibnul Jauzi mengatakan bahwa hadits ini tidak benar karena diantara para perawinya terdapat Aban. Syu’bah mengatakan bahwa berzina lebih aku sukai daripada aku meriwayatkan hadits dari Aban. Ahmad, Nasai dan Daruquthni mengatakan bahwa hadits ini tidaklah diambil karena didalamnya terdapat Amar bin al Azhar. Ahmad mengatakan bahwa hadits ini maudhu’u (palsu). (Al Maudhu’at juz II hal 205 – 206)
Tentang permasalahan ini, Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan didalam kitabnya “Tabyiinul ‘Ajb” hal 23 bahwa tidak terdapat riwayat tentang keutamaan dari bulan rajab, tidak puasa di bulan itu, tidak berpuasa sedikit saja dari bulan itu dan tidak pula mengerjakan qiyamullail yang dikhususkan di bulan itu.
Imam Ibnul Qayyim mengatakan didalam kitab “al Muniful Manar” hal 151 bahwa seluruh hadits yang menyebutkan bulan rajab, melakukan shalat disebagian malam-malam di bulan itu maka ia adalah pendusta dan pembohong.” (Silsilatul Ahaditsil Wahiyah juz II hal 222). Wallahu ‘alam !

Sabtu, 21 Mei 2011

SIKAP UMAT ISLAM TERHADAP NON MUSLIM

 Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh !
Allah Ta'ala berfirman :
مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ ۚ وَالَّذِيْنَ مَعَهُ أَشِدَّآءُ عَلَىْ الْكُفَّارِرُحَمَآءُ بَيْنَهُمْم  
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras (tegas) terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka”.
(Al-Fath 29)
          Mengacu kepada ayat tersebut diatas, maka jelaslah bahwa orang-orang yang bersama muhammad saw yaitu seluruh umat Islam yang kita semua termasuk didalamnya, mereka adalah orang-orang selalu bersikap keras ataupun tegas bukan kejam terhadap orang-orang non muslim. Namun dibalik kekerasan dan ketegasan itu, mereka selalu bersikap lemah-lembut terhadap sesamanya.
          Kemudian muncul-lah sebuah pertanyaan dalam diri kita sekalian, apakah orang-orang yang bersama Muhammad saw yaitu seluruh umat Islam yang kita termasuk didalamnya selalu bersikap keras atau tegas terhadap orang-orang non muslim dalam segala hal ? Tidak tentunya. Sebab sikap keras atau tegas yang termaktub dalam ayat tersebut diatas dan yang wajib ditunjukkan oleh umat Islam terhadap mereka, adalah sikap keras dan tegas dalam urusan agama, baik perkara aqidah maupun ibadah. Islam tidak melarang umatnya bekerja sama dengan orang-orang non muslim untuk membangun dunia dan membuat stasiun luar angkasa sekalipun, tetapi Islam melarang umatnya bekerja sama dengan orang-orang non muslim dalam urusan agama (masalah aqidah maupun ibadah). Maka dalam ajaran agama Islam tidak dikenal istilah do’a bersama dengan orang-orang non muslim, seperti yang pernah dilakukan oleh sebahagian umat Islam bahkan pernah diikuti pula oleh seorang penceramah kondang; dan yang ada adalah sama-sama berdo’a. Mereka berdo’a kepada Tuhannya sedangkan kita berdo’a kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Mereka berdo’a melalui sembahyangnya sedangkan kita berdoa’a melalui shalat, sebab pengertian shalat dan sembahyang sangat jauh berbeda. Shalat adalah sesuatu yang diawali oleh takbir dan diakhiri oleh salam, sedangkan sembahyang tidak demikian adanya.
         Dari ayat tersebut diatas, kita juga dapat mengambil dua pelajaran berharga yang erat kaitannya dengan perkara aqidah yang merupakan dasar agama Islam dan pondasi seluruh amal ibadah. Yaitu sikap “Wala’” dan sikap “Bara’”.  Dr. Sholeh bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan, beliau seorang anggota Majlis Ulama Kerajaan Saudi Arabia telah memberikan pengertiannya tentang kedua sikap tersebut dalam bukunya Muqrrar Tauhid. Kata beliau, sikap “Wala’” adalah sikap loyal (simpati) terhadap umat Islam dengan mencintai mereka, memberikan pertolongan kepada mereka, tinggal bersama mereka, dan melindungi mereka dari fitnah atau gangguan musuh-musuh mereka. Sedangkan yang dimaksud dengan sikap “bara’” adalah sikap antipati terhadap orang-orang non muslim (kafir) dengan memutuskan hubungan (ikatan) bathin dengan mereka, tidak lagi mencintai mereka, memberikan pertolongan kepada mereka walaupun hanya sebatas do’a yang kita berikan. Sebab kata Allah Subhanahu Wa Ta'ala dalam Surat A-Taubah 113 :
“Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum Kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahanam”.
         Sikap “Wala’” dan sikap “Bara’” adalah dua sikap yang wajib dimiliki oleh setiap individu umat Islam. Apalagi jika mengingat kembali berbagai peristiwa yang pernah terjadi atas  Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam semasa hidupnya. Orang-orang Kafir Quraisy Makkah, mereka adalah suatu kaum yang tidak pernah berhenti melontarkan caci maki bahkan lemparan batu kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, karena mereka tidak memahami missi yang dibawa oleh beliau. Dan yang paling menyakitkan hati umat Islam adalah teror moral mereka tarhadap beliau dan para sahabatnya dengan mengatakan bahwa Al-Qur’an  “Min sya’irin majnun” (Al-qur’an adalah hasil karya seorang penyair yang gila).
         Sepeninggal beliau atau setelah beliau meninggal dunia, ternyata orang-orang kafir tidak pernah berhenti melontarkan cacian dan fitnah terhadap Islam dan umatnya. Terbukti, munculnya manusia terkutuk bernama Salman Rusydi yang menyerang Islam dan umatnya dengan bukunya berjudul “The Satanic Verses” (Al-qur’an adalah ayat-ayat syetan). Atas perbuatannya, kemudian Salman Rusdi menjadi orang yang paling diburu oleh umat Islam pada saat itu dan kepalanya dihargai oleh Ayatullah Rahullah Khumaini dengan 100 kg emas murni.
          Jerakah orang-orang non muslim atau orang-orang kafir melontar cacian dan fitnah terhadap Islam dan umatnya setelah itu ?. Ternyata tidak, sebab muncul kembali manusia terkutuk yang berani membuat karikatur Nabi Muhammad Shollallahu 'Alaihi Wa Sallam yang digambarkan sebagai seorang teroris. Nasib pembuat karikatur tersebut pun sama, ia tidak hanya diburu oleh umat Islam, tetapi ia pun dihargai kepalanya dengan satu juta dollar Amerika Serikat oleh putra Ayatullah Rahullah Khumaini pemimpin Republik Islam Iran.
          Dan muncul kembali serangan fitnah dari mereka terhadap Islam dan umatnya dengan munculnya sebuah film berjudul “Fitna” yang dirilis lewat situs internet pada hari Kamis tanggal 27 maret 2008 karya manusia terkutuk bernama Gireet Wilders, seorang politikus Pemimpin Sayap Kanan asal negara Kincir Angin (Belanda). Ia bernasib lebih hina lagi, sebab tidak saja umat Islam yang memburu dirinya saat ini, akan tetapi para pengusaha negeri Kincir Angin pun siap menyeret dirinya ke meja hijau jika negara-negara yang mayoritas penduduknya umat Islam memboikot pruduk negeri tersebut.
          Serangan apapun yang mereka lancarkan dan fitnah sekeji apapun yang mereka lakukan, sekali-kali mereka tidak akan pernah mampu memadamkan cahaya dan syi’ar Agama Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Sebagai firman-Nya dalam Surat Ash-Shaff 8 :  
“Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya".

Wallahu'alamu Bish-shawab !
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh !